Saya memiliki keyakinan bahwa banyak jomblo yang percaya “jodoh itu sudah di tentukan”. Yah gak ?"
Itulah mengapa banyak jomblo bersikap apatis untuk berikhtiar dalam mendapatkan jodohnya. Katanya, “Toh jodoh sudah di tentukan.
Untuk apalagi berikhtiar ?"
Ini nih., orang yang model kaya gini jomblo beraliran “ JABARIYYAH” Mereka lebih percaya bahwa semua telah di takdirkan. Tidak tersisa ruang lagi bagi manusia untuk memilih takdirnya.
ﻭَﺇِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃَﻟَّﺎ ﺗُﻘْﺴِﻄُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰٰ ﻓَﺎﻧْﻜِﺤُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻃَﺎﺏَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﻣَﺜْﻨَﻰٰ ﻭَﺛُﻠَﺎﺙَ ﻭَﺭُﺑَﺎﻉَ ﻓَﺈِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍ ﻓَﻮَﺍﺣِﺪَﺓً ﺃَﻭْ ﻣَﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧُﻜُﻢْ ﺫَٰﻟِﻚَ ﺃَﺩْﻧَﻰٰ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﻌُﻮﻟُﻮﺍ ﴿ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ : ٣﴾
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Mengutip ayat di atas "MAKA KAWINILAH WANITA-WANITA (lain) YANG KAMU SENANGI"
Di sini allah memberikan wewenangnya kepada setiap insan untuk menentukan pilihannya masing-masing dan tidak ada satupun nash baik dari al-qur'an maupun hadist yang mengatakan "Nanti jodoh kamu si A jodoh kamu si B.
Semisal gini., saya menikah dengan si A. Berarti si A ini jodoh saya.” Bagaimana jika saya menikahi si A, lalu saya bercerai, Apakah si A bukan jodoh saya?
Apakah jodoh pun bisa di revisi ?"
Lalu, saat cerai terjadi. Tak lama berselang, saya menemukan si B. Lalu menikahinya Dan memantapkan dalam hati bahwa si B adalah jodoh yang sebenarnya. Ternyata, jodoh itu seperti “skripsi”, bisa di revisi...!!!
Kasus lainnya., Banyak kita temukan orang-orang yang tak berjodoh alias JOMBLO sepanjang hidupnya.
Apakah dia di takdirkan tidak berjodoh ? Padahal, katanya, jodoh telah di tentukan. Apakah ada pengecualian tentang ini ? Ternyata, jodoh pun bisa pilih kasih.
Berarti ada yang salah dengan pemahaman kita tentang diktum bahwa “JODOH SUDAH DI TENTUKAN”., Saya rasa ini suatu pemahaman yang keliru.
Kita akan terjebak pada pertanyaan-pertanyaan sepele pasca nikah, “Apa benar si fulan/fulanah jodohku?” saat kita bertengkar hebat dengan pasangan kita
Dan kita pun mulai ragu dengannya.
Dan kita sering mengkambing-hitamkan “konsep jodoh” untuk membenarkan perceraian. Dengan dalih “Oh si fulan/fulanah bukan jodohku, jadi aku harus cari jodohku yang sebenarnya”, perceraian pun tak mampu di hindari lagi.
Saya terus merenungi masalah ini
Mencari sebuah alternatif untuk memahami konsep tentang jodoh. Hingga akhirnya, saya menemukan sebuah rumusan baru tentang masalah ini.
Persoalan JODOH itu masalah aqidah bukan masalah syari'at
Jadi kita harus berpegangan pada dalil yang shoheh, qot'i (pasti) jangan hanya dengan Dzon (praduga)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jodoh itu di artikan sebagai: orang yang cocok menjadi suami atau istri; pasangan hidup; dan imbangan
Jika melihat fakta di masyarakat, kata jodoh untuk manusia cenderung menunjukkan suami atau isteri, bukan pasangan yang belum menikah meski keduanya memiliki kecocokan.
Misalnya si B diperisteri oleh si A, berarti si B adalah jodoh si A, sedangkan si C tidak jadi diperisteri oleh si A, berarti si C bukan jodoh si A.
Ini terlepas dari apakah suatu pernikahan akan berlangsung langgeng atau retak di tengah jalan dengan perceraian, karena istilah jodoh dan bukan jodoh tidak pas jika di gunakan untuk pasangan yang bercerai setelah pernikahannya. Terlepas juga apakah perceraian terjadi dalam waktu yang singkat atau setelah berpuluh-puluh tahun setelah pernikahan.
Apabila kita hubungkan dengan pertanyaan di atas, maka arti yang tepat yang di maksud oleh orang yang bertanya adalah pasangan hidup yang sah alias suami atau isteri. Sehingga pertanyaannya menjadi: apakah suami atau isteri kita nantinya sudah di tetapkan oleh Allah swt ?"
Pertanyaan yang semacam itu Tidak Berdasarkan Dalil !!!"
Selama ini tersebar pemahaman di tengah masyarakat bahwa pasangan hidup –baik suami mupun isteri– setiap manusia sudah di tetapkan oleh Allah swt.
Anggapan ini antara lain disandarkan kepada dalil-dalil berikut.
ﻭَﻣِﻦْ ﺁَﻳَﺎﺗِﻪِ ﺃَﻥْ ﺧَﻠَﻖَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻜُﻢْ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟًﺎ ﻟِﺘَﺴْﻜُﻨُﻮﺍ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ ﻣَﻮَﺩَّﺓً ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔً ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﺂَﻳَﺎﺕٍ ﻟِﻘَﻮْﻡٍ ﻳَﺘَﻔَﻜَّﺮُﻭﻥَ [ ﺍﻟﺮﻭﻡ 21/ ]
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian isteri-isteri dari diri kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum [30]: 21)
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻜُﻢْ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟًﺎ ﻭَﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟِﻜُﻢْ ﺑَﻨِﻴﻦَ ﻭَﺣَﻔَﺪَﺓً ﻭَﺭَﺯَﻗَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕِ ﺃَﻓَﺒِﺎﻟْﺒَﺎﻃِﻞِ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﻭَﺑِﻨِﻌْﻤَﺔِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻫُﻢْ ﻳَﻜْﻔُﺮُﻭﻥَ [ ﺍﻟﻨﺤﻞ 72/ ]
“Allah menjadikan bagi kalian isteri-isteri dari diri kalian dan menjadikan bagi kalian dari isteri-isteri kalian itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?.” (QS. An-Nahl [16]: 72)
Benar, Allah swt telah menciptakan ibunda Hawa’ dari bagian tubuh nabi Adam as yaitu tulang rusuk sebelah kiri, dan sekaligus Allah swt menetapkannya sebagai jodoh Beliau. Namun tidak berarti setiap wanita yang datang berikutnya juga diciptakan dari hal serupa, sehingga menganggap pasangan atau jodoh mereka adalah laki-laki pemilik tulang rusuk yang darinya mereka diciptakan. Penciptaan dari tulang rusuk tersebut hanya terjadi pada Siti Hawa
Sedangkan manusia berikutnya -baik laki-laki maupun wanita-, di ciptakan melalui percampuran antara Adam dan Hawa’. Dengan kata lain mereka tidak lagi di ciptakan dari tanah liat dan tulang rusuk, melainkan dari air mani. Berdasarkan:
ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﺣْﺴَﻦَ ﻛُﻞَّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺧَﻠَﻘَﻪُ ﻭَﺑَﺪَﺃَ ﺧَﻠْﻖَ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﻃِﻴﻦٍ * ﺛُﻢَّ ﺟَﻌَﻞَ ﻧَﺴْﻠَﻪُ ﻣِﻦْ ﺳُﻠَﺎﻟَﺔٍ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ ﻣَﻬِﻴﻦٍ [ ﺍﻟﺴﺠﺪﺓ 7/ ، 8 ]
“yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).” (QS. As-Sajdah [32]: 7-8)
ﺃَﻟَﻢْ ﻧَﺨْﻠُﻘْﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ ﻣَﻬِﻴﻦٍ [ ﺍﻟﻤﺮﺳﻼﺕ 20/ ]
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina [air mani]?” (QS. Al-Mursalat [77]: 20)
Adapun redaksi ayat yang artinya “Dia menciptakan untuk kalian isteri-isteri dari diri kalian sendiri” maksudnya adalah: Dia menciptakan untuk kalian isteri-isteri dari jenis kalian sendiri.
Allah swt menyebutkan nikmat-nikmatNya atas hambaNya, bahwa Dia telah menciptakan bagi mereka dari diri-diri mereka isteri-isteri dari jenis dan bentuk mereka. Jika saja Dia ciptakan isteri-isteri mereka tersebut dari jenis lain, niscaya tidak akan tercapai ketenangan, cinta, dan kasih sayang. Akan tetapi merupakan rahmat Allah swt menciptakan keturunan Adam (dalam bentuk) laki-laki dan perempuan, dan menjadikan yang perempuan sebagai pasangan bagi yang laki-laki. (Tafsir Ibn Katsir, vol IV, hlm 586)
Sampai di sini jelas ?"
Bahwa ayat-ayat Al-Qur'an yang saya paparkan di atas bukan merupakan dalil untuk bisa mengatakan bahwa urusan jodoh sudah di tetapkan oleh Allah swt.
Adapun dari hadits, tidak ditemukan yang secara sharih menunjukkan hal tersebut. Yang ada adalah hadits-hadits yang menyebutkan di tetapkannya empat perkara bagi janin setelah usia kandungan melewati empat puluh hari ke-tiga, yaitu: ajal, rizqi, amal perbuatan, dan bahagia atau sengsara di dunia. Tidak disebutkan di situ ketetapan jodoh atau pasangannya.
Syari'at menghendaki Manusia Memilih Sendiri Jodohnya
Berikut ini nash-nash yang menunjukkan bahwa jodoh adalah perkara ikhtiyari, bukan merupakan qadha’ Allah swt, kecuali pasangan Adam as dan Hawa di atas, dan pasangan-pasangan tertentu yang tidak diketahui.
Nikah adalah amal shalih, syara’ memerintahkan kepadanya dan melarang dari ber-tabattul (sengaja membujang selamanya)
ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ : ﻣﻦ ﺃﺣﺐ ﻓﻄﺮﺗﻲ ﻓﻠﻴﺴﺘﻦ ﺑﺴﻨﺘﻲ ﻭﻣﻦ ﺳﻨﺘﻲ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ . ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﻳﻌﻠﻰ ﻗﺎﻝ ﺣﺴﻴﻦ ﺳﻠﻴﻢ ﺃﺳﺪ : ﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ
Dari Ubaid bin Sa’ad, Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang menyukai fitrahku hedaknya ia bersunnah dengan sunnahku, dan termasuk sunnahku adalah menikah.” (HR. Abu Ya’la – Husain Salim Asad: rijalnya terpercaya)
ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻳﺎ ﻣﻌﺸﺮ ﺍﻟﺸﺒﺎﺏ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻄﺎﻉ ﻣﻨﻜﻢ ﺍﻟﺒﺎﺀﺓ ﻓﻠﻴﺘﺰﻭﺝ ﻓﺈﻧﻪ ﺃﻏﺾ ﻟﻠﺒﺼﺮ ﻭﺃﺣﺼﻦ ﻟﻠﻔﺮﺝ ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﺼﻮﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻪ ﻭﺟﺎﺀ . ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺍﻟﻠﻔﻆ ﻟﻤﺴﻠﻢ
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw bersabda: “Wahai para pemuda, siapa-siapa di antara kalian yang mampu ba’ah (memberi tempat tinggal) hendaknya ia menikah, sungguh nikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan siapa-siapa yang belum mampu ba’ah maka hendaknya ia berpuasa, sungguh puasa itu akan menjadi perisai baginya.” (Muttafaq ‘Alayh – lafazh milik Muslim)
ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻋﻦ ﺳﻤﺮﺓ : ﺍﻥ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﺒﺘﻞ . ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ . ﺗﻌﻠﻴﻖ ﺷﻌﻴﺐ ﺍﻷﺭﻧﺆﻭﻁ : ﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ
Dari Samurah ra, bahwa Rasulullah saw melarang dari tabattul (sengaja membujang untuk selamanya). (HR. Ahmad bin Hambal – Syu’aib Al-Arnauth: rijalnya terpercaya)
Maka di sini manusia di beri pilihan antara melakukannya atau meninggalkannya dengan konsekwensinya masing-masing. Dengan menikah berarti melakukan sunnah Rasulullah saw, dan dengan ber-tabattul (sengaja membujang selamanya) berarti seseorang akan mendapatkan dosa.
SHARE SEBANYAK-BANYAKNYA...!!!"
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.., Amiiin...
Sumber : Dambacinta.blogspot.com
Situs Blog : Himpiks.blogspot.com
Penyusun: TOHIR MUHAMAD